Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Prinsip-prinsip Mengajar yang Efektif

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mursel yaitu:
a. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantun pada konteks belajar itu sendiri. Situasi promblematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinaytakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu , tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seluas-luasnya untuk berekspreimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta dapat memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain.
b. Fokus
Proses pembelajaran perglu diorganisasikan dengan bahan ajar. Di samping itu pembelajaran yang penuh makna dan efektif harus diorganiasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pemmbelajaran lebih meningkat.
Untuk mencapat pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri baik, berikut ini:

- Memobilisasi tujuan
- Member bentuk dan uniformitas pada belajar
- Mengorganisasi belajar sebagai suatu eskplorasi dan penemuan
c. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kerja kelompok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawa bersama dalam proses pepecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusahan memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka social tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi social pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsannya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya. Belajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosesdur eksperimental yang berlaku. Individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana perbedaan cara belajar itu dari yang dilakukan oleh individu lain, hal ini perlu diketahui.
e. Urutan
Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokaliasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu dan urutannya. Untuk mencari gari yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu terpisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajr yang ontentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajara sebagai unsure integral di dalam organiasi belajar yang wajar. [157-160]

Posting Komentar

0 Komentar